Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KESUSAHAN YANG BUKAN KESUSAHAN

Daftar isi [Tampil]

Suatu ketika Ali bin Abi Thalib, yang saat itu menjabat sebagai khalifah, bertemu dengan sahabat Salman al Farisi. Ali menyapanya, “Apa kabar dirimu, wahai Salman?”

Salman berkata, “Wahai Amirul Mukminin, saya sedang dilanda empat kesusahan!!”

“Kesusahan apa?” Tanya Ali.

Salman menjelaskan, “Kesusahan keluarga karena membutuhkan roti (makanan pokok), kesusahan karena perintah Allah untuk menjalankan taat, kesusahan karena godaan syetan yang selalu mengajak maksiat, dan kesusahan karena akan datangnya malaikat maut untuk mencabut nyawaku!!”


Reaksi yang diberikan Ali sungguh mengejutkan, “Bergembiralah wahai Abu Abdillah, pada setiap keadaan itu, engkau memiliki derajad (kedudukan utama) di sisi Allah”

Tentu saja Salman kebingungan melihat reaksi sahabat dan menantu Rasulullah SAW itu. Kemudian Ali menceritakan, bahwa ketika Nabi SAW masih hidup, suatu pagi ia bertemu dengan beliau dan beliau bersabda, “Bagaimana pagimu, ya Ali?”

“Wahai Rasulullah,” Kata Ali, “Saya berada dalam kesedihan karena empat hal. Saya tidak memiliki apapun (untuk makan) kecuali hanya air, saya sedih dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah (apakah akan diterima?), saya sedih tentang balasan amal (apakah lebih banyak kebaikannya?), dan saya sedih akan datangnya malaikat maut (apakah akan khusnul khotimah?).”

Mendengar jawaban Ali tersebut, dengan tersenyum Nabi SAW bersabda, “Bergembiralah wahai Ali, sesungguhnya kesedihan atas keluarga adalah tabir dari neraka, dan kesedihan dalam taat kepada Allah al Khaliq adalah (kunci) keamananmu dari azab, kesedihan atas balasan amal adalah jihad, yang hal itu lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun, dan kesedihanmu atas malaikat maut adalah kafarat (pelebur, penebus) dari dosa-dosamu. Ketahuilah, wahai Ali, rezeki Allah kepada hamba-Nya itu tidak karena kesedihan itu. Kesedihan tidak berpengaruh apa-apa (atas pembagian rezeki dari Allah) kecuali semakin menambah pahala. Jadilah orang yang bersyukur dan tawakal, niscaya engkau akan menjadi kekasih Allah!!”

Ali bertanya, “Dengan apa (atas apa)saya bersyukur kepada Allah?

“Dengan Islam!!”

“Dengan apa saya taat?” Tanya Ali lagi.

“Ucapkanlah : Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim…!!”

Ali bertanya lagi, “Apa yang harus saya tinggalkan?”

Nabi SAW bersabda lagi, “Tinggalkanlah kemarahan, karena hal itu akan menghilangkan amarah Tuhanmu, memberatkan timbangan amal (kebaikan) dan membawamu ke surga!!”

Mendengar penjelasan Ali tersebut, Salman berkata, “Sungguh saya benar-benar susah memikirkan hal itu, terutama tentang keluarga!!”

Tentu, maksud Salman bukanlah perasaan sedih atau susah karena menyesali keadaannya. Tetapi kesedihan dalam rangka mengharap berbagai kebaikan seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW tersebut. Menjalani hidup dalam kesedihan/kesusahan dengan ikhlas untuk menggapai kegembiraan di akhirat kelak.

Menanggapi ucapan Salman tersebut, Ali berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda : Barang siapa yang tidak pernah bersedih atas keluarganya, ia tidak berhak mendapat surga!!”

Salman menyahuti, “Bukankah Rasulullah SAW juga bersabda : Orang yang memiliki keluarga tidak akan bahagia selamanya??”

“Bukan seperti itu (maksudnya), Salman,” Kata Ali, “Jika pekerjaanmu halal, maka surga akan selalu merindukan orang-orang yang bersedih dan nestapa dalam mencari rezeki yang halal, demi untuk menghidupi keluarganya!!”

Posting Komentar untuk "KESUSAHAN YANG BUKAN KESUSAHAN"

Ingin Mendukung Kami Bisa melalui Halaman Donasi