Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ISTIQOMAH. Sebentar maksiat, sesaat taat, lalu maksiat lagi, lalu kembali taat.

Daftar isi [Tampil]
Sudah Taubat Maksiat Lagi: Apakah Diterima Taubatnya?

Siang kejar pahala, malam memburu dosa. Taubat, lalu maksiat lagi, tobat lagi, maksiat lagi. Rasa ini siklus yang memuakkan dengan mudah kita dipermainkan oleh setan. Deket ke Allah, lalu menjauh, deket lagi, menjauh lagi kita
 
sudahkah kita, datang ke masjid, lalu menjumpai orang-orang di samping kita sangat nikmat menangis dalam doanya. Secara anehnya kita terbawa, kita merasakan nikmatnya, tanpa sadar air mata juga menitih lembut di pipi kita, hati kita terasa sangat damai, tentram, nikmat banget. Kemudian kita, "Yaa Allah, aku ingin perasaan ini selalu ada, aku ingin selalu dekat dengan- Mu, aku tak mau lagi menjauh dari-Mu ". Maka saat ini kami sedang berdoa

Rabbana laa tuzigh qulubana .... 
"Yaa Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah rahmat dari sisi-Mu
Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi" Ali Imran: 8

Hanya Allah yang bisa menjaga diri kita, menjaga hati kita, menjaga iman kita agar tetap istiqomah di jalan-Nya, maka mintalah 😊 Juga dengan upaya-upaya; gantilah lingkungan pada yang baik, cari teman yang baik biar sering ada ngingetin. loh, teman gitu, waktu kita ketemu dia aja, langsung ke inget Allah, deket hati tuh tentram banget 😊 hmmm

Surat Ali ‘Imran Ayat 8

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

Rabbanā lā tuzig qulụbanā ba'da iż hadaitanā wa hab lanā mil ladungka raḥmah, innaka antal-wahhāb

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".

ISTIQOMAH: Menjaga Konsistensi dalam Ketaatan

Istiqomah adalah salah satu konsep penting dalam agama Islam yang menggambarkan konsistensi dan keteguhan dalam beribadah kepada Allah SWT. Namun, seringkali manusia mengalami pasang-surut dalam menjalankan ketaatan mereka. Ada saat-saat di mana kita mampu menjauhkan diri dari dosa dan melaksanakan ibadah dengan penuh semangat, namun kemudian terjatuh kembali ke dalam kesalahan dan maksiat. Bagaimana cara kita menjaga istiqomah? Bagaimana kita bisa memperbaiki diri dan kembali taat kepada Allah setelah terjatuh?

1. Kesadaran akan Pentingnya Istiqomah

Pertama-tama, kita perlu menyadari betapa pentingnya istiqomah dalam menjalani kehidupan kita. Istiqomah adalah kunci untuk mendapatkan ridha Allah dan mencapai kebahagiaan hakiki. Ketika kita istiqomah dalam menjalankan ketaatan, kita membangun hubungan yang lebih erat dengan Allah, meraih ketenangan batin, dan menjadi panutan bagi orang lain.

2. Memahami Tantangan yang Dihadapi

Dalam perjalanan menjaga istiqomah, kita harus menyadari bahwa tantangan dan godaan akan selalu ada. Duniawi dan nafsani seringkali menggoda kita untuk menjauh dari jalan yang benar. Dengan memahami hal ini, kita akan lebih siap menghadapi cobaan dan menjaga diri kita dari godaan tersebut.

3. Memperkuat Niat dan Motivasi

Untuk menjaga istiqomah, kita perlu memperkuat niat dan motivasi dalam beribadah. Ingatlah bahwa kita beribadah semata-mata untuk meraih keridhaan Allah dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Renungkan kembali mengapa kita memilih jalan yang benar, dan letakkan niat yang tulus dalam hati kita.

4. Memperbaiki Diri Setelah Terjatuh

Jika kita terjatuh dalam dosa dan maksiat, janganlah berkecil hati. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Segera bertaubat dengan sungguh-sungguh, memohon ampunan-Nya, dan berjanji untuk memperbaiki diri. Jadikan kejadian tersebut sebagai pelajaran berharga yang membuat kita semakin kuat dan berusaha lebih keras untuk menjaga istiqomah.

5. Membentuk Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap perilaku kita. Maka, penting bagi kita untuk membentuk lingkungan yang mendukung ketaatan kepada Allah. Cari teman-teman yang juga bersemangat dalam menjalankan agama, ikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, dan hindari lingkungan yang cenderung mendorong kita ke dalam kesalahan.

6. Mengasah Ilmu dan Ketaqwaan

Teruslah belajar dan mengasah pengetahuan tentang agama Islam. Semakin kita memahami ajaran-Nya, semakin kuat iman kita, dan semakin mudah menjaga istiqomah. Selain itu, tingkatkan ketaqwaan dengan selalu mengingat Allah hati kita menjadi tentram dalam setiap langkah kita.

Tafsir Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 8

Dan mereka mengatakan, ”wahai tuhan kami, jangan lah Engkau belokkan hati kami dari keimanan kepadaMU setelah Engkau mengaruniakan hidayah kepada kami, untuk memeluk agama Mu. dan berikanlah kami rahmat yang luas dari karuniaMU, sesungguhnya Engkau adalah maha pemberi, memiliki banyak karunia dan pemberian, Engkau memberi siapa saja yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Orang-orang yang berilmu tinggi itu berdoa, “Ya Rabb kami, janganlah Engkau belokkan hati kami dari kebenaran setelah Engkau tunjukkan kami kepada kebenaran. Selamatkanlah kami dari azab yang menimpa orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Dan berilah kami rahmat yang luas dari sisi-Mu untuk membimbing hati kami ke jalan yang benar dan memeliharanya dari kesesatan. Sesungguhnya Engkau -wahai Rabb kami- adalah Żat Yang Maha Memberi.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Para ulama ini senantiasa meminta kepada Allah keteguhan di atas kebenaran, seraya bermunajat dengan khusyu’: “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau menjauhkan hati kami dari kebenaran yang telah Engkau tunjukkan kepada kami, dan berilah kami rahmat yang luas dari-Mu, sungguh Engkau Maha Memberi dan Maha Pemurah bagi yang Engkau kehendaki. Wahai Tuhan Kami, Engkau akan mengumpulkan seluruh hamba-Mu pada hari yang kedatangannya tidak diragukan, yaitu pada hari kiamatYa’juj dan Ma’juj merupakan salah satu tanda besar akan tibanya hari kiamat.” Sungguh janji Allah benar, Dia tidak pernah mengingkari janji kepada para hamba, seperti janji datangnya hari kebangkitan dan lainnya. Baca juga: Ya’juj dan Ma’juj merupakan salah satu tanda besar akan tibanya hari kiamat.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا (Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan) Ini merupakan lanjutan dari perkataan para Rasikhun, yang maknanya adalah mereka berkata Ya Tuhan kami janganlah condongkan hati kami kepada kesesatan dengan mengikuti ayat-ayat mutasyabih sebagaimana condongnya hati orang-orang yang mengikutinya, setelah Engkau memberi petunjuk kepada kami.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

Orang-orang memiliki ilmu itu berdoa dalam hatinya: “Wahai Tuhan Kami, janganlah engkau palingkan hati kami dari kebenaran dan keimanan, seperti berpalingnya hati orang-orang yang mengikuti ayat mutasyabihat setelah Engkau menunjukkan kami kepada kebenaran dan memberi kami rahmat agung dari sisiMu. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang banyak pemberiannya bagi orang yang Engkau kehendaki, yang mana Engkau memberi taufik dan kebenaran”

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Hai Tuhan kami! Janganlah Engkau gelincirkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami; dan karuniakanlah rahmat dari pada-Mu bagi kami, karena sesungguhnya Engkaulah Yang amat mengaruniai.

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan, ” maksudnya, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami dari kebenaran kepada kebatilan, “sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu” yang dengannya akan baik kondisi kami, “karena sesungguhnya Engkau-lah maha Pemberi (karunia), ” yakni, karunia dan pemberian yang banyak.

Ayat ini patut menjadi sebuah contoh metode yang harus ditempuh dalam memahami ayat-ayat mutasyabih, yaitu bahwasanya Allah menyebutkan tentang orang-orang yang ilmunya mandalam dimana mereka berdoa kepadaNya agar Allah tidak menjadikan hati-hati mereka condong setelah Dia memberi petunjuk kepada mereka. Dan Allah telah memberitakan pada ayat-ayat yang lain tentang sebab-sebab dari condongnya hati orang-orang yang menyimpang tersebut yaitu bahwa hal itu disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri seperti FirmanNya, "Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka" QS. -ash_shaf:5 dan FirmanNYa, "Sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti." QS-At-Taubah:127 dan juga FirmanNya, "Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." QS. Al-An’am:110. Dan seorang hamba bila berpaling dari Rabbnya dan mencintai musuhNya, ia mengetahui kebenaran namun ia berpaling darinya dan mengetahui kebatilan namun memilihnya, maka Allah palingkan ia kepada sesuatu yang ia berpaling kepadaNYa, dan Allah condongkan hatinya sebagai suatu hukuman baginya atas kecondongannya tersebut, dan tidaklah Allah menganiaya dirinya akan tetapi ia telah menganiaya dirinya sendirinya, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri yang memerintahkan kepada keburukan, wallahu

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Menggunakan akal semata akan membuat seseorang mudah tergelincir. Oleh karenanya, orang-orang yang mendalam ilmunya dan mantap imannya selalu berdoa, ya tuhan kami, janganlah engkau condongkan hati kami kepada kesesatan sebagaimana halnya mereka yang mencari-cari takwil ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan keraguan, setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat yang mencakup segala jenis dan macamnya, antara lain berupa kemantapan iman, ketenangan batin, kemudahan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan.

Rahmat itu bersumber dan langsung dari sisi-Mu, turun secara berkesinambungan dan tanpa mengharap imbalan apa pun, sebab sesungguhnya engkau maha pemberi. Mereka tidak hanya mengajukan permohonan yang berkaitan dengan kehidupan di dunia, tetapi juga menegaskan keyakinan tentang keniscayaan hari akhir. Ya tuhan kami, engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya, yaitu pada hari kiamat. Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.

Kesimpulan:

Istiqomah bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi dengan tekad dan upaya yang sungguh-sungguh, kita dapat meraihnya. Ingatlah bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil menuju istiqomah akan mendekatkan kita kepada Allah dan membawa kebaikan yang tiada henti. Jadi, jangan biarkan diri kita terjebak dalam siklus "sebentar maksiat, sesaat taat". Jadilah pribadi yang istiqomah dalam beribadah, baik dalam suka maupun duka, sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan hakiki dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
 source : zee.gl/XfCb45 

Posting Komentar untuk "ISTIQOMAH. Sebentar maksiat, sesaat taat, lalu maksiat lagi, lalu kembali taat. "

Ingin Mendukung Kami Bisa melalui Halaman Donasi