Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Benarkah cinta itu BUTA? Benar, kata pujangga

Daftar isi [Tampil]
Film Cinta Itu Buta cukup berhasil mencuri perhatian 

Pernahkah Anda mendengar ungkapan "cinta itu buta"? Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan bahwa dalam cinta, seseorang sering kali tidak melihat atau memperhatikan kelemahan atau kekurangan pasangannya. Dalam banyak kisah cinta yang terkenal, sering kali cinta dianggap sebagai sesuatu yang membutakan.

Namun, apakah benar bahwa cinta itu buta? Mari kita telusuri lebih dalam mengenai hal ini.

Secara harfiah, cinta memang tidak memiliki mata fisik. Namun, itu tidak berarti bahwa cinta membuat seseorang benar-benar kehilangan kemampuan untuk melihat atau memahami pasangan mereka. Sebaliknya, cinta sejati sebenarnya membawa kepekaan dan pemahaman yang lebih dalam terhadap pasangan.

Cinta yang tulus dan mendalam memungkinkan seseorang melihat keindahan, keunikan, dan potensi pasangan mereka, bahkan di tengah-tengah kelemahan dan kekurangan. Cinta mengajarkan kita untuk menerima orang lain sepenuhnya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini tidak berarti kita mengabaikan atau mengabaikan kelemahan pasangan, tetapi lebih pada kemampuan kita untuk melihat melampaui itu dan tetap mencintai dengan tulus.

Namun, dalam beberapa kasus, ungkapan "cinta itu buta" dapat memiliki makna yang berbeda. Dalam situasi di mana seseorang mengalami cinta yang tidak sehat atau toksik, mereka mungkin benar-benar "buta" terhadap tanda-tanda atau perilaku buruk pasangan mereka. Mereka mungkin mengabaikan atau membenarkan perilaku yang merugikan atau merugikan mereka, karena cinta mereka yang mendalam.

Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara cinta yang sehat dan cinta yang tidak sehat. Cinta yang sehat adalah cinta yang saling mendukung, menghormati, dan memberdayakan. Ini adalah cinta yang melibatkan komunikasi terbuka, kepercayaan, dan penghargaan terhadap kebutuhan dan kebahagiaan pasangan kita. Di sisi lain, cinta yang tidak sehat sering kali melibatkan kontrol, manipulasi, dan ketidakseimbangan kekuasaan.

Jadi, apakah cinta itu buta? Jawabannya tergantung pada perspektif dan konteksnya. Cinta yang sejati memungkinkan kita melihat dan menerima pasangan kita dengan sepenuh hati, sementara cinta yang tidak sehat dapat membuat kita mengabaikan atau membenarkan perilaku buruk. Penting untuk mengenali perbedaan ini dan menjaga kesehatan emosional dan mental kita dalam hubungan cinta.

Orang lain sering berkata cinta itu beneran Buta. Orang lain sering berkata juga Cinta itu tidak buta, mungkin karena SI CINTA tahu persis, mana yang roda empat, mana yang roda dua.

Mana yang Alphard, mana yang Avanza.
Mana yang Gucci, mana yang Guess.
Mana yang berlian, mana yang belingan. 🤣

Menurut riset dari perusahaan biro jodoh asal Singapura. Lunch Actually, ternyata wanita Indonesia cenderung lebih matre. Dalam artian, menilai pria dari sisi materi.

Masih menurut riset tersebut, kebanyakan wanita di Indonesia lebih memilih pria yang memiliki karier dan penghasilan yang mapan. Dan riset ini tidak main-main, karena melibatkan 1.659 responden.

Lantas, apa pendapat saya?
- Kaya, nikah.
- Belum kaya, tetap nikah.
- Jangan kekayaan yang dijadikan pertimbangan utama dalam menikah.

Terus, apa yang dijadikan pertimbangan utama? Ada dua hal. Amalnya serta Akhlaknya.

Kalau amal dan akhlaknya bener, terus ikhtiarnya juga bener, maka kekayaan akan nyusul dengan sendirinya. Saya harap sahabat setuju.

Jadi, jangan biarkan cinta membuat kita benar-benar buta terhadap kenyataan atau mengabaikan perasaan kita sendiri. Terimalah pasangan kita dengan sepenuh hati, tetapi tetaplah bijak dalam membedakan antara cinta yang sehat dan cinta yang tidak sehat

Posting Komentar untuk "Benarkah cinta itu BUTA? Benar, kata pujangga"

Ingin Mendukung Kami Bisa melalui Halaman Donasi